Judul Buku: Jaka Wulung #1: Pertarungan di Bukit Sagara
Penulis: Hermawan Aksan
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2013
Genre: Fiksi
Jumlah Halaman: -
Nama Pereview: Rima Juwitasari
Review Buku:
Novel Jaka Wulung karya Hermawan Aksan ini merupakan novel trilogi. Yang pertama Jaka Wulung: Pertarungan di Bukit Sagara, lalu ada Jaka Wulung: Jurus Tanpa Nama, dan yang terakhir Jaka Wulung: Pendekar Bunga Matahari. Saya mendapati ketiga buku ini saat mata saya sedang jelalatan di sebuah obral buku. Karna saya menggemari novel berseri, novel trilogi Jaka Wulung yang sedang diobral ini sukses saya tebus.
Kisah bermula saat Jaka Wulung, bocah 15 tahun, dipergoki sedang mengintip sebuah padepokan silat rahasia yang sedang melakukan latihan. Karena sifatnya yang rahasia, ketika Jaka Wulung ketahuan mengintip, guru dan tiga murid padepokan tersebut marah. Salah satu murid yang emosional lalu langsung mengajak Jaka berduel, ia secara menggebu-gebu melancarkan serangan-serangan kepada Jaka yang, ajaibnya, bisa menghindar. Ki Jayeng, guru padepokan tersebut, terkejut bukan main karena bocah asing yang terlihat kumal bak gembel itu sanggup menghindari serangan muridnya. Terlebih lagi ketika ia mengetahui bahwa tadi itu bukan kali pertama Jaka mengintip mereka berlatih secara rahasia. Jaka Wulung sukses membuat Ki Jayeng dan ketiga muridnya terkaget-kaget. Padahal Jaka sendiri kebingungan bagaimana ia bisa menghindari serangan- serangan tersebut. Ternyata kehebatan Jaka Wulung sudah mengalir dalam darahnya secara misterius dan ajaib!
Dan begitulah sampai akhir buku. Saya kerap disuguhi kehebatan-kehebatan Jaka Wulung yang terasa instant itu. Tanpa latihan bertahun-tahun dan usaha keras, Jaka mampu menguasai ilmu-ilmu silat mutakhir. Hanya dengan berbekal ingatan yang kuat sekali, Jaka mampu mengkopi-tempel jurus-jurus silat yang diperagakan oleh para pendekar hebat. Dan sesekali Jaka diberi ilmu secara ghaib oleh sosok ghaib juga. Saya lalu bertanya-tanya pada diri sendiri yang lemah ini, apa kiranya yang membuat Jaka Wulung begitu istimewa, begitu spesial sehingga para sosok ghaib itu sudi menghibahkan ilmu luar biasa mereka untuknya. Dan mengapa Jaka dianugerahi ingatan luar biasa sehingga ia mampu menyerap jurus-jurus silat hebat hanya dengan melihatnya sekali saja, seolah-olah apa yang ia lihat langsung tercetak di ingatannya dalam-dalam dan bisa ia baca kembali kapanpun ia mau. Sudah seperti membaca buku saja, pikir saya. Pasti Jaka Wulung ini bukan bocah sembarangan dan merupakan keturunan suatu tokoh penting!
Dan teka-teki garis keturunan Jaka Wulung belum juga terkuak sampai akhir buku. Mungkin ada di buku selanjutnya.
Karena kehebatan Jaka Wulung yang terasa instan ini, saya menjadi tidak begitu kagum. Jadi setiap Aksan menyuguhi saya kehebatan Jaka dengan gerakan-gerakan silat dan ilmunya yang luar biasa, saya tidak tahan untuk tidak memutar bola mata saya.
Puncaknya, di akhir buku ketika ada perhelatan silat antar pendekar yang tengah memperebutkan buku warisan dari Prabu Siliwangi, Jaka Wulung mampu membunuh pendekar yang selama berpuluh-puluh tahun dikenal sangat sakti dan ditakuti banyak pihak. Bola mata saya tidak tahan untuk tidak berputar-putar karena saking herannya dengan kejadian luar biasa ini. Dan dalam peristiwa ini, guru Jaka, Resi Dermakusumah tewas oleh pasangan pendekar Sepasang Rajawali. Karenanya, Jaka menaruh dendam kesumat pada pasangan ini.
Sebenarnya ide utama cerita ini menarik, jelas dan tersusun dengan apik. Namun Aksan sepertinya enggan untuk menuangkan kisahnya dengan lebih detail lagi, lebih mendalam, sehingga tidak terasa terlalu memaksa (terlihat dari bukunya yang kecil tipis). Selain ceritanya yang cukup menarik, setiap adegan duel silat digambarkan secara apik dan mudah untuk diimajinasikan, hal ini menambah poin plus untuk novel ini.
Buku ini cocok bagi pembaca yang menaruh minat pada cerita kolosal penuh dengan jurus-jurus yang bernama unik. Dari 5 bintang saya beri 3,1.
Penulis: Hermawan Aksan
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2013
Genre: Fiksi
Jumlah Halaman: -
Nama Pereview: Rima Juwitasari
Review Buku:
Novel Jaka Wulung karya Hermawan Aksan ini merupakan novel trilogi. Yang pertama Jaka Wulung: Pertarungan di Bukit Sagara, lalu ada Jaka Wulung: Jurus Tanpa Nama, dan yang terakhir Jaka Wulung: Pendekar Bunga Matahari. Saya mendapati ketiga buku ini saat mata saya sedang jelalatan di sebuah obral buku. Karna saya menggemari novel berseri, novel trilogi Jaka Wulung yang sedang diobral ini sukses saya tebus.
Kisah bermula saat Jaka Wulung, bocah 15 tahun, dipergoki sedang mengintip sebuah padepokan silat rahasia yang sedang melakukan latihan. Karena sifatnya yang rahasia, ketika Jaka Wulung ketahuan mengintip, guru dan tiga murid padepokan tersebut marah. Salah satu murid yang emosional lalu langsung mengajak Jaka berduel, ia secara menggebu-gebu melancarkan serangan-serangan kepada Jaka yang, ajaibnya, bisa menghindar. Ki Jayeng, guru padepokan tersebut, terkejut bukan main karena bocah asing yang terlihat kumal bak gembel itu sanggup menghindari serangan muridnya. Terlebih lagi ketika ia mengetahui bahwa tadi itu bukan kali pertama Jaka mengintip mereka berlatih secara rahasia. Jaka Wulung sukses membuat Ki Jayeng dan ketiga muridnya terkaget-kaget. Padahal Jaka sendiri kebingungan bagaimana ia bisa menghindari serangan- serangan tersebut. Ternyata kehebatan Jaka Wulung sudah mengalir dalam darahnya secara misterius dan ajaib!
novel disertai dengan ilustrasi gambar yang memanjakan imajinasi kita :D |
Dan begitulah sampai akhir buku. Saya kerap disuguhi kehebatan-kehebatan Jaka Wulung yang terasa instant itu. Tanpa latihan bertahun-tahun dan usaha keras, Jaka mampu menguasai ilmu-ilmu silat mutakhir. Hanya dengan berbekal ingatan yang kuat sekali, Jaka mampu mengkopi-tempel jurus-jurus silat yang diperagakan oleh para pendekar hebat. Dan sesekali Jaka diberi ilmu secara ghaib oleh sosok ghaib juga. Saya lalu bertanya-tanya pada diri sendiri yang lemah ini, apa kiranya yang membuat Jaka Wulung begitu istimewa, begitu spesial sehingga para sosok ghaib itu sudi menghibahkan ilmu luar biasa mereka untuknya. Dan mengapa Jaka dianugerahi ingatan luar biasa sehingga ia mampu menyerap jurus-jurus silat hebat hanya dengan melihatnya sekali saja, seolah-olah apa yang ia lihat langsung tercetak di ingatannya dalam-dalam dan bisa ia baca kembali kapanpun ia mau. Sudah seperti membaca buku saja, pikir saya. Pasti Jaka Wulung ini bukan bocah sembarangan dan merupakan keturunan suatu tokoh penting!
Dan teka-teki garis keturunan Jaka Wulung belum juga terkuak sampai akhir buku. Mungkin ada di buku selanjutnya.
Karena kehebatan Jaka Wulung yang terasa instan ini, saya menjadi tidak begitu kagum. Jadi setiap Aksan menyuguhi saya kehebatan Jaka dengan gerakan-gerakan silat dan ilmunya yang luar biasa, saya tidak tahan untuk tidak memutar bola mata saya.
Puncaknya, di akhir buku ketika ada perhelatan silat antar pendekar yang tengah memperebutkan buku warisan dari Prabu Siliwangi, Jaka Wulung mampu membunuh pendekar yang selama berpuluh-puluh tahun dikenal sangat sakti dan ditakuti banyak pihak. Bola mata saya tidak tahan untuk tidak berputar-putar karena saking herannya dengan kejadian luar biasa ini. Dan dalam peristiwa ini, guru Jaka, Resi Dermakusumah tewas oleh pasangan pendekar Sepasang Rajawali. Karenanya, Jaka menaruh dendam kesumat pada pasangan ini.
Sebenarnya ide utama cerita ini menarik, jelas dan tersusun dengan apik. Namun Aksan sepertinya enggan untuk menuangkan kisahnya dengan lebih detail lagi, lebih mendalam, sehingga tidak terasa terlalu memaksa (terlihat dari bukunya yang kecil tipis). Selain ceritanya yang cukup menarik, setiap adegan duel silat digambarkan secara apik dan mudah untuk diimajinasikan, hal ini menambah poin plus untuk novel ini.
Buku ini cocok bagi pembaca yang menaruh minat pada cerita kolosal penuh dengan jurus-jurus yang bernama unik. Dari 5 bintang saya beri 3,1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar