Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara,
Tahun terbit: 2018
Genre: fiksi
Jumlah halaman: 132 hal
Pe-review: Iyom Alexandria
Buku ini jauh lebih ringan daripada beberapa buku Pram yang pernah saya baca. Dari cerita yang dibuat justru saya membayangkan sedang menonton sebuah teater dan ternyata memang tujuan Pram menuliskan buku ini salahsatunya untuk dapat dipentaskan di panggung. Alur yang cepat akan tetapi pasti itu mungkin kesan yang saya dapatkan dalam buku ini.
Buku ini bercerita tentang bagaimana pergolakan masyarakat miskin dengan bergelimang kesuburan alam dan kekayaan buminya yang belum digarap secara merata. Belum lagi mereka diobrak-abrik oleh Darul Islam. Pram fokus kepada apa yang seharusnya masyarakat kita lakukan dengan gotongroyong karena menurut Pram sampai dewasa ini menegejek dan mencaci para pemimpin dan pemerintah telah menjadi mode, sebagai overkompensasi dari jiwa yang tak tahu mencari arah yang benar. Dengan gotongroyong kita harus pecahkan dan garap bersama, dimana setiap orang wajib punya sumbangsih dalam kerja pembangunan ini. Sekali lagi, buku ini jadi pengingat diri saat kita ingin bangkit dan merubah keadaan.
"Aku sudah bosan takut, aku sudah bosan putus asa"
- Pramoedya Ananta Toer -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar