Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Republika
Tahun terbit: 2008
Jumlah halaman:363 halaman
Genre: fiksi
Review: Sindy Abdullah Els
Pulanglah anak-anakku, untuk pertama dan terakhir kalinya, kakak kalian membutuhkan kehadiran kalian
Sebuah pesan singkat dari mamak Lainuri, tertangkap cepat ke empat penjuru dunia dalam sekejap.
Handphone jaringan khusus keluarga yang hanya dimiliki 6orang itu bergetar pada waktu bersamaan ditempat berbeda.
Membuat degup kencang penerimanya.
Jika handphone khusus itu berbunyi, pasti persoalan penting.
Ada apa?
Prof. Dalimunte salah satu dari 100 ahli Fisika terbaik di dunia yang tengah mengisi seminar di lebih dari 500 ahli fisika dunia di Italia.
Ikanuri-Wibisana yang tengah melancong ke negara Eropa untuk urusan bisnis.
Yashinta, gadis manis yang tengah melakukan penelitian di puncak Gunung tertinggi di Indonesia, Semeru.
Mereka ber-empat bergegas pulang ke Lembah Lahambay, sebuah dusun terpencil yang terasingkan sebab dikelilingi bukit dan rimba.
Semua karna pesan singkat sarat makna yang melempar mereka pada ingatan kecil masalalu.
Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam
Kalimat terakhir dalam pesan singkat yang membuat gelisah para penerimanya.
Lantas beragam konflik dikemas apik dengan alur maju-mundur.
Ingatan masa lalu berkelabat dan bersanding dengan ketegangan para adik yang berjuang agar bisa segera pulang kerumah.
Kak Laisa. Pahlawan mereka. Tengah sakit dan membutuhkan kehadiran adik-adiknya.
Laisa adalah gambaran Bidadari Syurga dalam novel sederhana ini.
Jika biasanya wujud Bidadari adalah indah segala rupa, maka lain halnya dengan Laisa.
Ia adalah sosok wanita bertubuh gemuk gempal dengan wajah jauh dari kata cantik, anak sulung sekaligus sahabat bagi ke empat adiknya ini hidup menghabiskan masa tua dengan mengurus perkebunan strawberry sebagai Perawan Tua yang pesakitan.
Kak Laisa sakit keras.
Membuat ke empat adiknya sedih bukan kepalang.
Semua musabab kesedihan terjawab ketika kita membaca lembar demi lembar jalan kehidupan mereka sejak kecil.
Adakah kisah cinta romantis dalam novel ini?
Ada. Tapi tak banyak..
Kisah lebih di dominasi oleh perjuangan seorang kakak, pengorbanan, kerja keras dan segala etika baik lainnya menuju kunci sukses.
Jadi saya bisa bilang kisah cinta dalam buku ini kaya akan cita rasa.
Dari novel bang Tere ini, saya mengharap akan lahir Laisa-Laisa lain di Bumi Pertiwi.
Ending dari novel ini juga manis meski berderai air mata.
Banyak adegan haru yang membuat batin gerimis akan beberapa adegan keajaiban yang masuk akal.
Menyentuh sisi kemanusiaan sekaligus kepekaan batin saya sebagai perempuan.
Kemudian membuat saya menoleh pada kakak dan adik sambil membatin, "Bisakah ikatan persaudaraan kita seindah ini?" 😅
Lalu menjadi sebuah motivasi bagi kami, bahwa pengorbanan sekecil apapun tak ada yang sia sia 😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar