Judul: Dan Muhammad adalah Utusan Allah (Cahaya Purnama Kekasih Tuhan)
Penulis: Annemarie Schimmel.
Penerbit: Mizan Pustaka
Tahun terbit: 2012
Genre: Wacana Islam, nonfiksi
Peresensi: Nur Hayati Aida
Mendekap Rindu. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta kemarin, sengaja saya membawa dua buku dari rumah. Satu buku habis sesaat travel sampai di stasiun dan satu buku lagi menggelayutkan rindu di hati. Buku kedua dibeli sekitar 2014 lalu dan belum sempat dibaca. Buku itu berjudul Dan Muhammad adalah Utusan Allah:Cahaya Purnama Kekasih Tuhan yang ditulis oleh Annemarie Schimmel.
Sepanjang perjalanan di kereta itu, saya seperti tersirap Annemarie Schimmel yang dengan piawai merangkai kalimatnya. Tak mungkin buku itu lahir tanpa kecintaan yang dalam pada tokoh utama dan kekuatan pada literatur yang dipakai. Dengan begitu takzhim, Annemarie Schimmel mengajak kita berjalan-jalan dari satu kota menuju kota lain, dari satu Negara ke Negara lain, dari satu literatur ke literatur untuk menjumpai sebentuk kecintaan dan penghormatan pada Kanjeng Rasul. Bahkan, sejak di halaman pengantar saja, Annemarie Schimmel mampu ‘menyuruh’ saya (kita?) untuk terus membaca lembar demi lembar berikutnya.
Buku ini juga mampu ‘menampar’ ego diri sendiri yang, kadangkala, dengan pongah bertanya, kenapa harus Muhammad? Mengapa harus dia?
Seraya mengutip Rumi, Annemarie Schimmel bercerita tentang Nabi Muhammad yang pernah tetiba menghilang saat dalam pengasuhan Halimatus Sa'diyah. Anak-anak Halimah, yang juga teman sepermainan Nabi Muhammad, mencari-mencari beliau dengan sangat gusar. Mereka mencari Nabi di segala penjuru arah, hingga akhirnya mereka tak sanggup lagi mencari. Datang dan berceritalah anak-anak Halimah, ibunya, jika Muhammad tak ada, Muhammad telah hilang. Mendapati kenyataan bahwa Nabi Muhammad hilang, dengan tergesa Halimah langsung mencari-cari Nabi Muhammad, ia mengelilingi setiap sudut kampung seraya menyebut nama, “Muhammad, Muhammad, Muhammad” dan pada setiap orang yang ia temui, ia bertanya, “Apakah melihat Muhammad?”. Tapi nihil. Muhammad kecil tak ditemukan. Dengan rasa penuh putus asa Halimah berkata pada dirinya sendiri, "Harus berkata apakah aku pada Sayyidatina Aminah jika anaknya, Muhammad, hilang?". Belum juga selesai Halimah berkata, muncul suara yang entah dari mana asalnya, "Tidak, tidak sekali-kali Muhammad akan hilang di dunia, dunia-lah yang akan hilang dalam Muhammad". Cerita itu menggambarkan tentang Nabi Muhammad yang kelak memiliki peranan penting dalam sejarah perputaran dunia ini.
Kanjeng Nabi Muhammad, kata Annemarie Schimmel , dalam tradisi tasawuf dilukiskan sebagai sebuah cahaya. Gagasan ini juga mewarnai setiap ekspresi kesusastraan Islam. Tak lagi dapat dihitung berapa syair yang tercipta dengan gagasan ini. Di Pakistan, misalnya, seseorang akan mengalami pengalaman spiritual yang khas saat mendatangi ‘Qawwali’, majelis pertemuan yang melantukan musik keagamaan. Penyanyi utama dan paduan suara suara pengiringnya lambat laun terbawa perasaan, dan seperti kebanyakan para pendengar meraka, tampak mencapai tahap mendekati ekstase.
Buku ini tentu sangat layak dibaca oleh umat Islam saat ini meski buku ini ditulis oleh seorang non muslim. Tapi, semua tahu bahwa sebagaimana Goethe mencintai Nabi Muhammad, begitu pula ketakzhiman dan penghormatan Annemarie Schimmel pada Islam dan Nabi Muhammad.
Tersebab oleh kisah yang berjudul ‘Padmanaba dan Hasan, Annemarie Schimmel kemudian terpukau dengan kalimat ‘Manusia sebenarnya sedang tertidur, dan ketika mereka meninggal, mereka terjaga’. Belakangn ia tahu bahwa kalimat itu adalah sebuah kalimat yang dinisbahkan pada Nabi Muhammad, yakni sebuah hadis. Keterpukauan Annemarie Schimmel pada hadis tersebut sampai saat ini masih bisa dilihat, sesaat setelah mangkat pada tahun 2003, di atas nisannya tertulis hadis tersebut.
Buku pertama kali terbit ada tahun 1991 oleh Penerbit Mizan dan kemudian diterbitkan kembali pada tahun 2012. Kini versi terbarunya diterbitkan oleh Noura Publishing dan baru saja beredar di toko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar