Rabu, 7 Agustus 2019
Di salah satu pulau kecil wilayah Madura, tepatnya daerah Sumbher, Pulau Giligenteng Sumenep, Jawa Timur terdapat taman baca sederhana bagi anak-anak. Sekalipun sederhana, tempat ini menentramkan jiwa. Berada di pinggiran pulau, dengan gazebo mini untuk membaca dan ditemani sepoi angin laut juga aroma pantai yang khas.
Taman baca ini diharapkan bisa menumbuhkan minat baca anak di daerah pelosok. Jika budaya membaca dikenalkan sedini mungkin, setidaknya mampu mereduksi tingkat pernikahan dini yang masih tinggi di daerah pelosok.
Kegiatan taman baca dibuka setiap hari Rabu dan Minggu. Tidak hanya membaca, tapi anak-anak juga bisa bermain bersama. Pada hari tersebut, saya diminta untuk memberikan sedikit pematik semangat mereka agar gemar membaca, kebetulan yang datang sore itu anak-anak SD. Awalnya saya kira yang datang anak tingkat SMP-SMA, jadi agak memutar otak sedikit menghadapi anak tingkat SD 😄meskipun memiliki anak yang masih usia belia, tentu berbeda bagaimana cara menghadapinya, apalagi anak dengan latar belakang dan tempat yang berbeda-beda tentunya. Mereka memakai bahasa madura, sedangkan saya? Kaule tak bisa ngocak madureh ta-iye 😅 ngarte lakar, mon ta bisa acacaa madure 😆
Diawali dengan hal sederhana, menanyakan tentang ayat pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka sudah tahu, kata yang pertama dalam ayat tersebut adalah iqro', artinya bacalah. Mulailah saya mengarahkan kepada mereka jika ingin menjadi anak yang baik dan pintar juga sholih-sholihah, harus diawali dari membaca.
Selain menstimulasi baca, saya juga mencoba bertanya tentang apa saja cita-cita mereka dengan metode persuasif. Setelah itu saya menggiring berbagai jawaban mereka dengan doktrinasi bahwa cita-cita setinggi apapun akan dapat diwujudkan dengan membaca, mendapatkan sekolah dan kuliah gratis juga karena awalnya gemar membaca. Membaca apapun terutama belajar membaca Kitab Suci.
Ada jawaban unik dari salah satu murid taman baca, bahwa cita-citanya adalah ingin menikah (wah ini generasi anti jomblo), jawaban itu membuat saya bergeming sejenak, antara menahan tawa dan sedih. Menunjukkan bahwa kesadaran pendidikan masih sangat rendah. Melihat mereka begitu bersemangat membuat saya benar-benar menaruh harapan besar di dada mereka, melangitkan doa kepada yang Maha Kuasa semoga tercapai segala cita-cita mulia mereka.
Di antara anak-anak ceria itu, banyak juga yang bercita-cita menjadi guru. Wah, ini kesempatan saya untuk menstimulasi minat baca mereka. Menjadi guru harus pandai dan pandai bisa dimulai dari rajin membaca.
Melihat tatapan anak-anak mungil yang bersemangat sekali menjemput mimpinya. Terselip doa teruntuk kalian semua, semoga menjadi anak yang membanggakan Orang Tua, Agama dan Indonesia
Alfaqir, NurulFaridaWajdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar