Penulis: S. M. Ardan dan G. Francis
Penerbit dan tahun terbit: Masup Jakarta, 2013
Jumlah Halaman: 126
Genre: Fiksi
Peresensi: Iffah Hannah
Nyai Dasima, sebuah fiksi singkat yang ditulis dalam dua versi yaitu versi G. Francis (1986) dan S. M. Ardan (1965) sama-sama berlatar Betawi pada masa kolonial. Ada perbedaan yang sangat signifikan di kedua versi tersebut. Meskipun dalam buku terbitan Masup Jakarta urutannya dimulai dari versi S. M. Ardan lebih dahulu namun saya memutuskan untuk membaca dengan urutan terbalik dengan alasan versi G. Francis lebih dulu ditulis.
Meskipun sama-sama berkisah tentang Nyai Dasima, gundik Tuan Edward W. yang kemudian meninggalkan tuannya untuk menikah menjadi istri kedua Samiun namun penggambaran kedua versi cerita ini sangat berbeda.
Di versi G. Francis, tokoh protagonis yang ditonjolkan adalah Tuan Edward W. dan Nancy sebagai korban dari keegoisan Nyai Dasima yang lebih memilih meninggalkan mereka demi Samiun. Padahal Samiun sendiri digambarkan sebagai orang jahat yang mendekati Nyai Dasima hanya demi hartanya semata. Dalam versi Francis, Samiun menggunakan guna-guna untuk memikat Nyai Dasima dan setelah Nyai Dasima jatuh ke perangkapnya, dikuras habislah seluruh hartanya. Bahkan Samiun pun akhirnya memutuskan untuk membunuh Nyai Dasima melalui tangan Poasa dengan berpura-pura mengajaknya menonton pembacaan hikayat Amir Hamzah di suatu malam. Di versi Francis ini, digambarkan orang-orang pribumi Islam sebagai orang jahat yang memanfaatkan keluguan Nyai Dasima dan menipu Nyai Dasima atas nama agama, yaitu dengan mengatakan bahwa Tuan W. adalah seorang kafir, semata untuk membuat Nyai Dasima meninggalkan Tuan W. demi mengikuti ajaran Islam yang benar. Padahal semuanya itu hanyalah kedok untuk merampas harta Nyai Dasima.
Sementara itu, di versi S. M. Ardan, ada perbedaan yang sangat mencolok tentang bagaimana Nyai Dasima ini diceritakan ulang. Di sini, Tuan Edward W. sama sekali tidak digambarkan sebagai sosok protagonis, justru sebaliknya. Di versi ini, Ardan lebih fokus pada pertarungan batin Nyai Dasima yang sebenarnya rindu kembali untuk hidup di tengah-tengah bangsanya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari gedung tempat tinggalnya bersama Tuan W. dan menikah dengan Samiun, yang dalam versi Ardan digambarkan berbeda dari versi Francis. Di versi Ardan, Samiun menikah dengan Nyai Dasima karena dia merasa jatuh cinta dengan Nyai. Keputusan Samiun untuk menikah lagi salah satunya juga disebabkan oleh ketidakharmonisan dengan istrinya, Hayati, yang digambarkan oleh Ardan sebagai perempuan yang hanya menghabiskan uang suaminya melalui judi. Tuan Edward W. sendiri digambarkan antagonis di sini karena dialah yang justru membayar Poasa untuk membunuh Nyai Dasima sebab tidak terima ditinggalkan oleh Nyai Dasima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar