Nama Penulis: Nawal El-Saadawi
Penerjemah: Amir Sutaarga
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Genre: Fiksi
Peresensi: Umiula
Pendahuluan
Nawal El-Saadawi merupakan penulis sekaligus dokter dari Mesir. Karya-karyanya banyak yang membahas tentang perempuan, dia juga berperan sebagai aktivis perempuan yang bergerak dan berjuang mendapatkan hak-hak perempuan. Selain perempuan, tema tulisan lain Nawal El-Saadawi membahas tentang kehidupan, status dan psikologi.
Nawal El-Saadawi, seringkali dikucilkan karena selalu menulis tentang perempuan dan mendapat tekanan dari beberapa pihak. Akan tetapi Nawal tidak gentar menghadapi tekanan tersebut, ia terus saja menulis tentang perempuan, sampai pada akhirnya buku Perempuan di Titik Nol menjadi novel pertama yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Keseriusannya dalam menggarap novel ini dapat dilihat dari prosesnya menulis, novel ini terinspirasi berdasar kisah nyata, ia mewawancarai langsung narasumber yang dipenjara dan dihukum gantung oleh kepolisian karena membunuh seorang germo. Dalam novel ini, penulis menggambarkan perempuan yang berkorban menjaga harga dirinya dengan menjadi pelacur handal.
Perempuan selalu mendapat nilai minus di kalangan masyarakat. Ide dan kegigihannya dianggap sebelah mata. Saya hidup dan besar di lingkungan Jawa yang masih kental adat dan budayanya, dalam kehidupan sehari-hari perempuan Jawa dihantui oleh aturan-aturan Jawa baik dari keluarga maupun tetangganya. Padahal hukum alam mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki itu sama kecuali jenis kelaminnya. Seperti misal, perempuan harus bangun pagi-pagi dengan alasan supaya tidak malas. Ketika dewasa aturan ini seolah mewajibkan hanya perempuan yang bertugas menyapu, mengepel, memasak dan mengurus keluarga. Hal tersebut menjadikan stigma negatif bagi perempuan dewasa yang dianggap seperti pelayan bagi anak dan suaminya. Stigma negatif tersebut seolah memberi arahan bahwa perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan di luar rumah, jikapun melakukan pekerjaan di luar rumah perempuan harus menyiapakan seluruh kebutuhan dan pekerjaan rumah sebelum keluar. Saya rasa aturan-aturan ini timpang dan memberi beban berat pada perempuan.
Isi Buku
Novel ini menceritakan tentang wanita yang bernama Firdaus. Ayah Firdaus seorang petani miskin, buta huruf dan kasar. Sedari kecil Firdaus sering membantu orang tuanya di ladang, ia sering mendapat perlakuan asusila dari teman sebayanya Muhammadain.
Tak lama kemudian Ayah Firdaus meninggal, ia diasuh oleh pamannya di Kairo. Kehidupan Firdaus di Kairo sama saja dengan kehidupan sebelumnya, Paman Firdaus selalu berbuat asusila kepada Firdaus. Seringkali Firdaus disetubuhi oleh pamannya, Firdaus tidak berani mengadu pada siapapun karena menurutnya pengorbanan pamannya lebih besar dari perlakuan pamannya kepada dirinya. Di Kairo, Firdaus disekolahkan sampai SMP, Firdaus adalah anak yang pandai, ia mendapat peringkat ke-2 di sekolahnya dan ke-7 di seluruh negeri.
Untuk membalas budi kebaikan pamannya, Firdaus menikah dengan seorang laki-laki tua kaya raya bernama Syekh Mahmoud. Syekh Mahmoud, memiliki bisul yang berbau busuk dan sangat perhitungan. Pada awalnya kehidupan rumah tangga Firdaus baik-baik saja, namun lama kelamaan ia mendapat perlakuan tidak baik dari suaminya. Firdaus pun melarikan diri dari rumah suaminya ke rumah pamannya, tak lama kemudian suami Firdaus menjemput Firdaus di rumah pamannya dan kembalilah Firdaus di rumah suaminya. Sekembalinya dia di rumah suaminya, Firdaus malah mendapat kekerasan fisik. Kemudian dia memutuskan meninggalkan rumah lagi dengan wajah memar dan membawa ijazah SD dan SMP, ia berharap bisa melanjutkan hidup bermodal ijazahnya tersebut.
Di sebuah kafe dia bertemu dengan Bayoumi, singkat cerita akhirnya Firdaus memutuskan untuk tinggal bersama Bayoumi. Pada awalnya Bayoumi adalah lelaki baik, perhatian dan sopan tetapi sama seperti ayah dan suaminya yang suka memukul dan berbuat asusila. Firdaus beberapa kali dipaksa bersetubuh dengan Bayoumi, bahkan Bayoumi mengundang teman-temannya untuk menyetubuhi Firdaus. Karena merasa tidak tahan dengan sikap Bayoumi, Firdaus memutuskan untuk pergi dari rumah Bayoumi.
Dalam perjalanannya melarikan diri, Firdaus bertemu dengan wanita cantik bernama Sharifa Salah el Dine. Inilah awal mula Firdaus memulai kariernya sebagai pelacur. Pada awalnya Firdaus diberi pemahaman mengenai dunia pelacur dan hasil yang akan ia dapatkan jika ikut dengan Sharifa. Firdaus menyetujui ajakan Sharifa, Firdaus melayani setiap tamu yang dijadwalkan Sharifa untuknya. Lambat laun Firdaus menyadari bahwa ia hanya diperalat Sharifa untuk mendapatkan uang, selama ia bekerja dengan Sharifa tak sepeserpun uang ia dapatkan. Pada akhirnya Firdaus kembali pergi dan bertekad kembali mendapatkan uang bermodal ijazah SD dan SMPnya.
Sebelum menjadi pegawai di suatu perusahaan, Firdaus pernah melakukan persetubuhan dengan seorang polisi, pengusaha dan wartawan. Ditempatnya bekerja, Firdaus jatuh cinta dengan Ibrahim. Ini kali pertamanya Firdaus menyukai laki-laki, setelah berulangkali ia mendapat perlakukan tidak pantas dari banyak lelaki. Tetapi cintanya dengan Ibrahim bertepuk sebelah tangan, Ibrahim menikah dengan anak manager perusahaan. Firdaus pun patah hati dan pergi meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja.
Firdaus patah hati, ia memutuskan untuk menjadi pelacur lagi, baginya menjadi pelacur sukses lebih baik daripada seorang suci yang sesat. Pada akhirnya Firdaus pun menjadi pelacur sukses, ia memiliki apartemen dan menerima bayaran paling tinggi. Teman kencannya adalah orang-orang terpandang di dalam dan di luar mesir.
Suatu hari ada seorang Germo yang meminta Firdaus menikah dengannya. Pada awalnya Firdaus menolak, dengan berat hati akhirnya Firdaus menerima ajakan Germo tersebut. Firdaus merasa terjebak pada keadaan, ia memutuskan kembali untuk pergi. Pada saat ia akan keluar, Germo itu berada di depan pintu. Percekcokan pun tak terhindarkan, mereka saling beradu mulut. Karena merasa geram, Germo itupun mengambil pisau yang ada di kantungnya, tetapi Firdaus lebih dulu menangkis dan menanjapkannya ke leher, dada dan perut germo. Lalu Firdaus pergi dan meninggalkan tempat kejadian.
Setelah kejadian itu, Firdaus bertemu dengan pangeran Arab dan mereka berkencan. Disini Firdaus menceritakan kejadian yang telah ia alami (membunuh Germo). Ia menerangkan bahwa ia bukan penjahat ia hanya membunuh penjahat. Karena pangeran Arab tidak percaya dengan apa yang dikatakan Firdaus, Firdaus menampar pipi pangeran Arab dengan keras. Pangeran Arab sangat marah dan merasa dirinya terancam. Akhirnya polisi memasukkan Firdaus ke penjara. Mereka menghukum Firdaus seumur hidup, karena mereka takut jika Firdaus bebas semua kedok dan kehidupan mereka tidak aman. Sebenarnya Firdaus bisa bebas dengan meminta ampunan pada Presiden, namun Firdaus enggan dan berkata: “Jika saya keluar lagi dan memasuki kehidupan yang menjadi milikmu saya tidak akan berhenti membunuh.” Pada akhirnya kepolisian memutuskan menghukum gantung Firdaus.
Kelebihan
Buku ini memberi alur cerita yang gamblang, seolah pembaca benar-benar menjadi pemeran utama dalam tokohnya. Novel ini tidak seperti novel terjemahan lainnya yang tebal dan menghabiskan waktu lama untuk dibaca, novel ini ringan hanya berkisar 176 halaman.
Kekurangan
Buku ini merupakan buku terjemahan, jadi pembaca diharuskan berfikir dua kali untuk lanjut ke cerita berikutnya. Sampul bukunya juga kurang menarik memberi kesan novel teenlit biasa. Alur cerita yang ditawarkan maju-mundur jadi mempersulit pembaca, kalimatnya pun banyak yang diulang-ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar