Perjalanan Panjang Demi Buah Hati
Penulis: Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra
Jumlah halaman: 364 halaman
Penerbit: Republika
Tahun terbit:
Genre: Nonfiksi
Peresensi: Desty
Buku ini menceritakan perjalanan Sarahza sebelum hadir di keluarga Hanum dan Rangga. Diceritakan bahwa proses kehadiran Sarahza sangatlah panjang. Berbagai upaya telah dilakukan Hanum dan Rangga demi hadirnya seorang buah hati. Mulai dari cara konvensional hingga bayi tabung yang mengalami beberapa kali kegagalan. Bayi tabung yang menurut perhitungan manusia 99% berhasil, nyatanya tak mampu menghadirkan seorang Sarahza. 1% adalah kuasa Allah. Ia mampu mengubah prediksi manusia. Sepuluh tahun pernikahan bukanlah waktu yang singkat untuk menunggu buah hati. Waktu tersebut cukup panjang dan melelahkan. Belum lagi ditambah dengan kecewa yang bertubi-tubi karena kegagalan yang berulang.
Lelah, hampir putus asa, seperti itulah gambaran perjalanan Hanum dan Rangga menunggu kehadiran Sarahza. Hanum berkali-kali mengikuti program bayi tabung. Berbagai pemeriksaan, uji sampel darah seolah sudah menjadi hal biasa. Jarum suntik sudah seperti kawan, demikian seringnya ia menemani. Ikhtiar yang dilakukan Hanum dan Rangga bukan ikhtiar kelas teri. Mereka melakukan program kehamilan di rumah sakit terbaik di Eropa. Bisa dibayangkan betapa berkompetennya dokter di sana, apalagi didukung dengan alat yang canggih. Menurut perhitungan manusia, kemungkinan berhasil sangatlah besar. Namun, Allah punya rencana lain. Ia ingin menunjukkan bahwa prediksi manusia tak bisa mengalahkan sedikit pun kuasa-Nya.
Sarahza adalah harapan yang hampir pupus. Ketika Hanum dan Rangga sudah berada pada titik pasrah. Ketika kesempurnaan versi manusia tak lagi diagungkan. Ketika semua disandarkan hanya kepada Allah, Rabb semesta alam. Maka yang dikehendaki jadi, jadilah. Sarahza hadir dalam sandaran dan sujud yang ikhlas kepada Allah.
Buku ini mengajarkan banyak hal pada saya terutama makna kata syukur. Setiap manusia mempunyai keberuntungannya sendiri. Manusia hidup di dunia dengan takdir yang sudah ditetapkan di Lauh Mahfuz. Ada pasangan yang dikarunia anak terlabih dahulu, sementara karirnya masih merangkak perlahan. Ada pula pasangan yang dilejitkan karir dan pekerjaannya, namun Allah belum memberikan amanah seorang anak. Sementara, kita tak bisa memilih ingin didahulukan yang mana.
Bagaimana pun takdir yang Allah tetapkan, tetaplah dalam syukur. Ketika Allah mengujimu dengan pekerjaan, beruntunglah Allah sudah memberimu amanah seorang anak. Lihatlah, betapa banyak pasangan mendamba kehadiran seorang anak. Demikian pula sebaliknya. That's life. Kita tidak bisa memilih takdir, tapi kita harus tetap mengusahakan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar