Judul buku: The Pirates Code From Honourable Thieves To Modern
May Villains (Bajak Laut Dari Blackbeard Hingga Perompak Somalia)
Penulis: Brenda Ralph Lewis
Penerbit: Elex media komputindo
Tahun terbit: 2017
Genre: Social Science / History
Alih bahasa: Desi Natalia
Peresensi: Aida Mujib
Banyak dari kita mungkin familiar dengan bajak laut. Disney
Junior punya "Captain Jake and the Never Land Pirates" yang
mengisahkan petualangan Jake dan sekelompok bajak laut muda saat melawan Kapten
Hook dan Mr. Smee untuk mendapatkan harta karun. Ada juga Long John Silver yang
memulai debutnya dalam novel Robert Louis Stevenson "Treasure Island"
sebelum muncul dalam serial "Black Sails". Kerap terlihat dengan
burung beo di bahunya, Long John Silver adalah karakter yang muncul berulang
dalam budaya pop, seperti film "Treasure Island" di 1950 yang
dimainkan oleh aktor Robert Newton. Namun bajak laut paling terkenal bisa jadi adalah
Johnny Depp sebagai Kapten Jack Sparrow dalam "Pirates of the
Caribbean", film yang sukses sejak 2003-an.
Terlepas dari apa yang mungkin dilukiskan buku cerita dan
film bajak laut yang tak terhitung jumlahnya, tidak pernah ada buku sebelumnya
yang khusus menceritakan tentang Kode Bajak Laut Universal yang dianut the
merry and means people ini dalam sejarah pelayaran. Faktanya, ada banyak
“kode” bajak laut. Namun, untuk menggambarkannya bukanlah tugas yang
mudah. The Pirate Code adalah
buku pertama yang menyatukan ribuan tahun tradisi bajak laut dengan cara yang elegan.
Mencatat aturan dan realitas kehidupan kapal bajak laut selama berabad-abad,
Brenda Ralph Lewis mengeksplorasi apa arti sebenarnya dari "kehormatan di
antara pencuri" —baik untuk para bajak laut di Aegean kuno, Brethren of
the Coast abad ketujuh belas yang menginspirasi para Bajak Laut Karibia, dan bajak
laut modern di Samudra Hindia serta Laut Cina Selatan.
Bagi pembaca sejarah yang menyukai metode sistematis, buku
ini mungkin kurang disukai karena kurang jelas apakah menjelaskan sejarah bajak
laut atau sejarah hukum/kode bajak laut.
Runtutan kejadiannya juga melompat dari milenium pertama SM ke abad 18
kemudian kembali ke abad 17 dan dari waktu ke waktu, menyinggung hal-hal yang
terjadi sebelumnya, tetapi juga hal-hal yang terjadi setelahnya. Di sisi lain,
buku ini menjadi pengantar yang menyenangkan untuk topik pembajakan di laut. Ilustrasinya
sangat menarik dan mudah dinikmati, meski tidak bisa dijadikan sebagai
satu-satunya sumber informasi soal bajak laut.
Menurut Brenda Lewis, pembajakan laut dianggap sebagai salah
satu kejahatan kejam yang sudah ada sejak zaman kuno hingga hari ini. Kata
pembajakan sendiri berarti menaiki dan menjarah kapal di laut. Tapi, sebagian
besar bajak laut tidak berhenti di sana. Pembajakan laut menjadi kejahatan
terorganisir yang dilakukan sekelompok orang menggunakan kapal layar untuk
datang merampok, menjarah, membakar, dan menyiksa para tawanan mereka. Reputasi
bajak laut mampu membuat sebuah kota tunduk dan takluk kepada kekuasaan mereka.
Malah ada penguasa yang menggunakan bajak laut untuk menjaga dan meluaskan
daerah kekuasaannya.
Tak hanya di laut, perampasan juga terjadi di darat. Tinggal
di dekat pantai memberi kerentanan tersendiri. Kota-kota pantai seringkali membangun
pagar runcing atau dinding beton, berharap agar bajak laut tidak bisa masuk. Mereka
tidak selalu berhasil sehingga kadang membuat penduduk kota-kota tersebut
kemudian meninggalkan rumah mereka begitu saja dan pindah ke daerah pedalaman,
sejauh mungkin dari para perompak.
Contoh pembajakan di darat adalah yang dilakukan oleh bangsa
Viking dari Skandinavia pada abad ke-8 masehi. Viking yang menakutkan,
menghabisi lawan mereka dengan kejam sehingga menimbulkan banyak kepanikan dan
teror. Tempat paling terkenal bagi sebagian besar legenda pembajakan terletak
di Kerajaan Spanyol di Amerika. Kemudian di Karibia, membentang dari Meksiko
hingga ujung Amerika Selatan adalah daerah perburuan Henry Morgan, Edward
Teach, Bartholomew Roberts dan Benjamin Shark; mereka adalah bajak laut paling
terkenal sepanjang masa.
Para bajak laut di kepulauan Karibia dikenal dengan nama buccaneer
yang diambil dari kata Perancis bouccan -alat pemanggang yang
digunakan untuk memasak dan mengasapi daging; yang biasa digunakan para
perampok tersebut. Selain itu ada juga para pembajak semi legal yaitu para
kapten kapal yang membawa Letter of Marque and Reprisal dari pemerintah
Inggris dan Perancis. Dokumen itu memberi izin para privateer untuk
menangkap dan menjarah kapal atas nama pemerintah yang mempekerjakan mereka. Para
bajak laut ini biasanya serakah, mereka tak segan menculik tawanan untuk
mendapat uang tebusan.
Walaupun begitu para bajak laut merancang sebuah bentuk
kontrak dan perjanjian yang tidak dikenal di tempat lain di manapun juga di
abad ke 17 dan 18. Dengan menandatangani kode bajak laut yang dikenal sebagai artikel
argumen atau adat pantai, bajak laut berjanji untuk membagi rata
hasil jarahan mereka sampai memberikan kompensasi bagi rekan yang terluka atau
cacat. Kode tersebut juga memastikan adanya pengambilan keputusan bersama
mengenai Kemana mereka akan berburu selanjutnya dan perlunya memberhentikan
kapten-kapten yang dianggap tidak memuaskan orang banyak; atau meninggalkan
bajak laut yang kerap menimbulkan masalah di pantai. Kebebasan berpikir dan
bertindak demokratis semacam itu terlihat kontras dengan selentingan keganasan
mereka.
Ada 8 bab dalam buku ini yang membahas bagaimana sepak
terjang bajak laut menguasai perairan Mediterania pada zaman kuno hingga
perompak Somalia yang terjadi belum lama ini. Dibahas juga tentang berbagai
usaha untuk menumpas mereka yang dilakukan sejak Firaun Ramses III dari Mesir
di abad 12 SM sampai usaha Angkatan Laut Amerika dan Angkatan Bersenjata
lainnya yang berusaha menangkap para perompak dan mengamankan perairan dari
kejahatan mereka.
Akhir dari pembajakan di laut terjadi melalui inisiatif
kerajaan-kerajaan di Eropa yang tidak mau membiarkan para bajak laut membuat
lautan dan samudra menjadi tempat yang berbahaya terutama bagi ekspedisi
ekonomi mereka. Namun, seperti yang sudah-sudah, keberhasilan ini hanya
sementara. Bajak laut modern muncul kembali di Timur setelah Perang Dunia II
dan lebih terorganisis serta canggih dalam hal teknologi. Kepala bajak laut
teranyar di masa ini mungkin jauh tersembunyi identitasnya dan tidak
seflamboyan Morgan atau Blackbeard, namun mereka berasal dari rangkaian kisah
yang sama dan saat ini sepertinya mereka akan membawa kisah itu jauh ke masa
depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar