Biasanya di pelatihan nulis, ada dua tips dasar. Pertama, membaca dulu. Kedua, coba nulis aja terus tanpa beban harus bagus yang penting terbiasa.
Dulu aku paling mempeng belajar nulis pas jaman kuliah. Tulisan-tulisanku jadi tiket ikut berbagai acara di Jakarta, Palembang, Salatiga, dll. Pulang dari Jerman juga 'hutang' beberapa tulisan. Semacam tiket yang dibayar belakangan.
Lalu aku vakum. Kadang masih nulis. Sekali tok dalam masa vakum itu kirim tulisan ke islami.co. Rasanya sedih ga produktif. Tapi seperti bingung mulai lagi dari mana dengan peran baru sebagai ibu. Dua tahun pertama selama menyusui Fasih itu, aku ga bisa nyambi yang lain. Fokus ngurus Fasih yang saat itu sering sakit.
Setelah tiga tahun berlalu, aku ketemu sama komunitas yang mungkin bisa membantuku bangkit. Komunitas Perempuan Membaca memang 'cuma' nulis resensi buku. Tidak ada standar berat untuk gabung di sini. Melalui nulis resensi, dua tips yang kusebut di atas yaitu untuk membaca dan nulis jadi terpenuhi. Apalagi jika menulis resensi, kita juga biasa menilai, apa bagusnya apa menariknya, apa kurangnya sebuah buku. Selera bacaan kita jadi terbentuk lebih baik.
Awalnya kukira dengan gabung di sini, aku cuma akan kembali baca buku dan latihan nulis lagi. Ternyata lebih dari itu, kebanyakan perempuan yang bergabung memendam mimpi yang cukup besar untuk dirinya. Silih berganti para anggota PM mulai menelurkan bukunya masing-masing. Itu sangat membanggakan sebagai pencapaian komunitas. Vibes produktif jadi kerasa di grup. Teman-teman yang saling dukung dan apresiatif juga jujur dalam kritik kudapatkan dari Perempuan Membaca
Makasih PM ❤️
✍🏿 Nabilah Munsyarihah merupakan editor konten Perempuan Membaca sekaligus author dari buku Kisah Ulama Pendiri Bangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar