Penulis : Veven Sp. Wardhana
Tahun terbit : Juni 2013
Jumlah halaman : 123 halaman
Penerbit : KPG
Genre : Fiksi kumpulan cerpen
Peresensi : Sarifah Mudaim
Kematian seorang penulis bukanlah kepergian yang mengharuskan berlebihan dalam berurai air mata karena ia abadi dengan tulisannya. Sebelumnya Veven, penulis, telah menuliskan dua kutipan mengenai kematian dari Chairil Anwar dan Subagio Sastrowardoyo di halaman pembuka buku. Seolah ia telah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kematian padanya.
Dan perihal kematian pulalah yang menjadi benang merah antara cerpen yang satu dengan cerpen lainnya. Keliaran penulis dimulai dengan pemilihan judul bagi tiap cerpennya seperti "Perempuan yang Gagal Jadi Kelelawar" yang kemudian menjadi judul buku tersendiri. Dalam dunia yang tertib dan santun, tidak ada ceritanya seorang perempuan ingin jadi kelelawar, meski akhirnya gagal.
Seorang penulis fiksi akan memanfaatkan perbendaharaan kata yang tersedia sebaik-baiknya demi keliaran imajinasinya, baik yang paling sering maupun yang paling jarang terpakai. Veven pun berhasil menyulap buku yang "busuk" menjadi sangat layak untuk dibaca.
Dalam setiap cerpennya, Veven banyak menggunakan metafora yang kerap kali membuat saya gagal menginterpretasikan sehingga saya lebih fokus pada plotnya saja tiap kali membaca buku Veven.
"Nailak ngalib uka nates anerak naikapku nailak ngalib tatek, Ipat utkaw kuanekkan naikap ranggol, nailak nganjeleti uka naf nailak menemlej nates ngay menkibac-kibac nimalekku. Nailak memasokrepku!'
Celaka! Aku tertidur juga rupanya. Aku tak melihat sosok perempuan perancau itu. Lalu, dari mana racauan itu kudengar? Aku kembali tergeragap. Celaka! Aku tertidur di atas meja kedai. Istriku terperanjat mendapati dirinya terbangun dalam keadaan telanjang berada dalam dekapanku yang juga tanpa pakaian.
Ceracauan perempuan itu mantul-mantul di atas atap bangunan rumah-kedai kami, juga rumah para tetangga, juga rumah-rumah kampung tetangga, juga kampung-kampung paling ujung.
"Kalian bilang aku setan karena pakaianku kalian bilang ketat. Tetapi waktu kukenakan pakaian longgar, kalian telanjangi aku dan kalian menjelma setan yang mencabik-cabik kelaminku. Kalian memperkosaku!"
("Perempuan Perancau')
Perempuan yang Gagal Jadi Kelelawar ini adalah kumpulan cerpen terakhir Veven Sp. Wardhana. Buku ini semula diniatkan berisi 12 cerita yang sepertinya itu adalah angka yang istimewa menurut Veven. Namun, apa boleh dikata, panjang galah bisa diukur, tapi panjang umur tak ada yang bisa mengatur. Sebelum sempat menyelesaikan ke-12 tulisan, Veven Sp. Wardhana menghadap Sang Khalik. Tinggallah 9 cerpen ini yang menjadi jejak-jejak akhir karya kepenulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar