Judul: Mafia Queens of Mumbai, Stories of Women from the Gangland
Penulis: Hussain Zaidi & Jane Borges
Jumlah halaman: 185
Penerbit: Tranquebar India
ISBN: 978-93-80283-77-7
Genre: Nonfiksi
Peresensi: Aida Mudjib
Quote: ‘I am a gharwali (a brothel madam) not a ghar todnewali (home wrecker). Several people among you look at this title as a stigma on womanhood but it is this stigma that has saved the chastity, integrity and morality of several thousands of women.’ - Gangubai
*
Judul buku berkisah tentang para wanita yang memerintah geng dan mafia di Mumbai, India. Saya membaca buku ini dengan penuh minat. Sebagian besar karena terpengaruh film Gangubai Kathiyawadi yang baru beberapa hari lalu saya tonton. Saya agak berharap ada kisah cinta Gangu & Afsaan di buku ini saat menonton akting Alia Bhatt memerankan kisah Matriarch Kamathipura. Tapi sepertinya itu tambahan kreatif dari SLB saja. Hehehe
Ada delapan wanita yang dikisahkan lewat 8 bagian berbeda. Masing-masing kisah memiliki bab-bab tersendiri dengan alur maju, mundur atau campur. Setiap kisah bisa menggunakan point of view yang berbeda. Ada yang dari sudut pandang orang pertama, ada yang melalui gaya orang ketiga. Setelah introduction, Empat kisah yang pertama yang disajikan adalah The Wily Old Woman of Dongri; The Matriarch of Kamathipura; Femme Fatale; The Narco Empress. Lalu Mobster’s Moll; Wives of Hindu Dons; The Gang Lords Girls dan terakhir Bewitching Beauties.
Saya tidak begitu terkejut membaca tentang awal mula para mafia queen ini. Hidup mereka sebelumnya sederhana dan mereka berada dalam masyarakat yang lugu, namun berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan kejahatan dan penipuan.
Salah satu episode yang meninggalkan jejak di benak saya adalah kisah Lallan Bhabhi. Di dunia Bhais (penjahat) dia adalah Bhabhi, salah satu roda penggerak kartel pemalsuan bensin. Pada malam hujan, dia ditangkap dan dibawa ke Kantor Polisi Sewree di Mumbai Selatan. Sesuai norma, dia diizinkan untuk membuat satu panggilan telepon. Umumnya, terdakwa menggunakan kesempatan untuk memberi tahu kerabat mereka tentang penangkapan mereka atau menyewa pengacara untuk proses jaminan. Wanita ini, duduk di kantor polisi tepat di bawah hidung polisi, menelepon rumahnya dan menginstruksikan adik laki-lakinya, “Saya tidak akan pulang malam ini, tolong pindahkan dapur.”
Penulis menyoroti perjuangan para wanita ini di dunia yang "didominasi pria". Wanita-wanita ini berjalan bersama pria dan juga terkadang, memanipulasi pria untuk meraih posisi melalui profesi yang mereka pilih. Namun, situasi memaksa mereka untuk mengambil jalan kejahatan sehingga mereka terjebak dan sama sekali tidak ada cara untuk kembali.
——————
"Tolong keluarkan aku dari sini," Madhu menangis lagi. Wanita tua itu meletakkan tangannya di pipi Madhu dan berkata, “Oke, hanya untuk sesaat asumsikan bahwa aku telah mengizinkan kau untuk pergi. Apa yang akan kau lakukan setelah itu?”, “Aku akan kembali ke desaku di Ratnagiri", jawab Madhu segera.
“Kepada siapa?”
“Ke keluargaku”
“Kau sadar kan, bahwa kau telah membawa rasa malu besar kepada orang tuamu setelah kawin lari? Jika orang-orang di desamu mengetahui bahwa kau juga sempat berada di rumah bordil, paling tidak kau akan menjadi orang buangan. Ada seorang gadis di sini, Vinita, yang mengira keluarganya berbeda dan kembali kepada mereka. Kami mendengar beberapa bulan kemudian dari salah satu pemuda dari desanya bahwa vinita dibunuh demi kehormatan keluarga.”
—————
Kisah Gangubai sedih namun bisa membuat sedikit tertawa saat membaca kisahnya bertemu dengan PM Nehru. Dalam pertemuan itu, Nehru bertanya mengapa dia terjun ke bisnis ini padahal dia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan atau suami yang baik. Gangubai yang pemberani malah mengajukan lamaran pada Nehru. Jika PM siap untuk menjadikannya Nyonya Nehru, dia akan rela meninggalkan bisnisnya untuk selamanya. Nehru terkejut, dan menegurnya. Tapi dengan senyum kalem Gangubai menjawab, “Jangan marah Pradhan Mantriji. Aku hanya ingin membuktikan suatu hal; selalu lebih mudah untuk berkhotbah daripada bertindak.”
Kisah “Nita Naik” dan suaminya, Ashwin Naik cukup tragis. Kisah itu adalah cerita yang menyedihkan. Seseorang dapat menolak untuk melihat kisah-kisah ini dengan kepekaan tetapi jika kita melihat aspek lain dari keberadaan mereka dan memahami betapa sedikitnya aspek tersebut, orang akan menyadari bahwa mereka tidak memiliki cara lain selain melawan kehidupan keras yang tidak sedikit pun memihak mereka.
Buku ini asyik dibaca. Sering seseorang dapat memvisualisasikan lingkungan sekitar saat membaca setiap cerita. Zaidi benar-benar piawai mengemas sehingga saya rasa banyak cerita itu hampir seperti skenario. Kisahnya ditulis dengan sangat baik sehingga ketika saya membaca setiap paragraf, seluruh lingkungan dan karakter bergerak dalam pikiran saya seperti film dalam gerakan lambat. Satu-satunya yang membuat saya kurang nyaman adalah penggunaan bahasa yang terlalu vulgar di beberapa paragrafnya.
Silahkan baca buku ini jika Anda ingin melihat ke dalam dunia gangster. Bacalah untuk mengetahui apa artinya bagi para wanita ini untuk mengukir tempat bagi diri mereka sendiri di dunia. Bacalah untuk mengetahui apa artinya menjalani kehidupan yang tampak megah tetapi pada kenyataannya berbeda. Bacalah buku ini untuk memahami apa yang mendorong orang untuk mengambil profesi atau kegiatan yang -dalam keadaan normal, tidak akan pernah mereka lakukan. Bacalah untuk memahami bahwa manusia tidak hanya didorong oleh kekuasaan dan uang, tetapi juga oleh kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
Kebutuhan yang sama sekali tidak berbeda dari wanita biasa seperti saya, mungkin juga Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar