Judul Buku: Mata Di Tanah Melus
Pengarang: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2018
Jumlah Halaman: 187
Genre: Fiksi, Novel Anak
Peresensi: Iffah Hannah
Mata Di Tanah Melus adalah novel anak pertama karya Okky Madasari yang mengisahkan sosok Matara, anak perempuan berusia 12 tahun dari Jakarta yang berpetualang ke daerah Timur Indonesia bersama mamanya. Novel anak ini dituturkan dari sudut pandang Matara, atau kemudian dipanggil Mata. Bagaimana Mata memandang kerumitan hidup orang-orang dewasa dari mata kanak-kanaknya mengingatkan pada sosok The Little Prince dalam kisah Antoine de Saint-Exupéry. Tak cuma sekali Mata mengeluhkan, betapa orang-orang dewasa kerap tak punya jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan(nya) yang sederhana.
Penuturan Mata dalam novel ini mengingatkan saya kepada anak saya sendiri, yang kerap berebut perhatian orang tuanya karena merasa orang tuanya lebih disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaannya. Persis dengan Mata yang mengeluhkan mamanya, seorang penulis, yang selalu tenggelam dalam pekerjaan menulisnya dan yang tulisan-tulisannya tidak ditujukkan untuk pembaca anak-anak sehingga Mata tak diperbolehkan membaca karya-karya mamanya sendiri, betapapun inginnya ia. Tentu saja perasaan melankolis ini terlalu personal ya, tapi begitulah. Makanya, begitu membaca beberapa halaman awal novel ini, saya langsung menutupnya sejenak, memeluk anak saya dan meminta maaf karena sering mengecewakannya. Bagi anak-anak, yang penting adalah bermain-main, sementara bagi orang tuanya, tentu saja menemani anak bermain-main lebih terasa membuang-buang waktu belaka. Merasa bahwa pekerjaannya banyak, lebih penting, dan lebih mendesak. Orang dewasa memang kerap begini.
Dalam novel Okky yang dinarasikan lewat sosok Mata, saya merasakan bagaimana perubahan-perubahan dalam keluarga sejujurnya sangat mempengaruhi perasaan anak-anak. Ini terasa sekali ketika Mata mengisahkan ayahnya yang (di)berhenti(kan) dari pekerjaannya lalu mamanya yang berubah. Entah bagaimana detailnya, mamanya kemudian mengajak Mata liburan. Ke tempat yang jauh. Tempat yang sama sekali tidak mengesankan buat Mata pada awalnya. Tapi justru di tempat itulah, Mata mengalami petualangan-petualangan menakjubkan yang tidak akan pernah bisa ia lupakan. Petualangan-petualangan ajaib yang terasa surreal. Bagaimana ia bertemu bangsa Melus, tersesat di kerajaan kupu-kupu, dan menantang maut di sebuah sungai yang dipenuhi buaya.
Yang menarik adalah, bagaimana Okky rasa-rasanya menyisipkan nilai-nilai yang membangkitkan kesadaran tentang bagaimana pentingnya menjaga lingkungan, bagaimana bersikap bijak terhadap alam, dan bagaimana selama ini orang-orang luar daerah atau orang kota mengeksploitasi sumber daya habis-habisan. Meskipun tentu saja novel ini mungkin lebih ditujukan untuk pembaca anak-anak, tetapi tetap sangat menarik dibaca orang dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar